Wednesday, 13 June 2012

Motif Sumba

Kain tenun Sumba, secara garis besar dibagi menjadi Hinggi yaitu kain untuk pria dan dan Lau Pahikung yaitu kain untuk wanita. Selain itu, warna kain tenun Sumba juga sedikit banyak dipengaruhi oleh lokasi. Di Sumba Timur, biasanya kain tenun berwarna dasar hitam dengan motif berwarna, sementara di Sumba Barat, kain tenun berwarna dasar biru tua dengan motif berwarna.


Selain sebagai busana sehari-hari, kain tenun Sumba juga dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat, sebagai mas kawin, juga digunakan ketika ada upacara kematian. Ketika seseorang meninggal, terlebih jika ia seorang Raja atau keturunannya, ketika dikubur, jasadnya harus dibebat dalam ratusan kain Tenun dalam posisi meringkuk, barulah jasadnya dikuburkan. Selain hal-hal tersebut, kain tenun Sumba juga digunakan untuk alat tukar dan pembayaran denda. Motif dan warna tertentu dalam kain Tenun, juga menunjukan strata sosial pemakainya, juga sebagai lambang penghargaan terhadap suku, yang diharapkan dapat menghindarkan mereka dari gangguan alam, bencana, roh-roh jahat dan hal-hal buruk lainnya. Kain tenun juga digunakan untuk penghargaan kepada tamu yang datang dari wilayah lain, sebagai penghormatan.



Keindahan kain Tenun Sumba, tidak lepas dari teknik pembutan dan motif yang ditampilkan. Pada pembuatan Hinggi, benang Lungsin (warp) diikat untuk memperoleh desain gambar ketika benang tersebut dicelup pewarna. Setelah proses pencelupan, kain dikeringkan kemudian proses diteruskan dengan membuka kalita (tali ikatan) pada pola yang diharapkan akan dicelup warna berikut. Dua warna pada sebuah kain dengan motif tertentu dibentuk dengan cara mengubah posisi yang diikat.
Karena proses pengikatan ini ketika pencelupan, larutan pewarna meresap sampai ke pinggir benang yang terikat dan membuat warna menjadi sedikit membaur. Nah, ‘cacat’ inilah yang menjadi ciri khas motif ikat.
Sementara itu pada pembuatan Lau (sarung) motif disulamkan pada bagian bawah sarung. Proses pembuatan dengan menggunakan lidi untuk membantu menata benang dan motif.
Motif kain tenun Sumba, benar-benar menjadi simbol dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Terbagi dalam motif manusia, motif binatang, motif geometris dan motif kontemporer. Misalnya pada motif binatang, ayam menjadi perlambang kehidupan wanita ketika berumah tangga. Kuda menjadi lambing kekuatan dan kejantanan, sementara burung kakaktua yang berkelompok menjadi lambang persatuan dan musyarawah dalam adat.

Motif Kaliuda Merah

Motif Kaliuda Biru

Motif Sumba 1

Motif Kaliuda 2

Motif Udang

Motif Pahikung 1




Motif Ende Lio

Ciri khas motif tenun Lio yang lain adalah ukurannya yang kecil dengan bentuk geometris, manusia, biawak dan lain-lain yang disusun membentuk jalur-jalur kecil berwarna merah, kuning atau biru di atas dasar warna gelap. Kain tenun Lio ini kadang juga diberi hiasan tambahan atau aplikasi dengan manik-manik dan kulit kerang. Pakaian dengan hiasan khusus ini hanya dipergunakan dalam upacara-upacara adat tertentu.


Lawo dengan motif bergaya Eropa

Lawo Pundi

Motif  Lawo Mangga (Jopu)

Motif Lawo Daki

Aneka Motif Tenun Ikat Ende Lio


Tuesday, 12 June 2012